PERJUANGAN PENGHULU RASYID DI BANUA LAWAS
ISI RIWAYAT SINGKAT
Penghulu artinya Pemimpin Keagamaan (Pimpinan Spritual) bernama
Rasyid, ayah beliau bernama Ma’ali dan ibunya bernama Imur dan Kakaknya
bernama Andi bin Kulah dan masih satu keturunan dengan Lambung
Mangkurat, yaitu berasal dari keturunan Srilangka. Penghulu Rasyid
dilahirkan pada tahun 1815 M di Desa Habau Kecamatan Banua Lawas
(Kelua), bahkan rumah tempat kelahiran beliau itu dijadikan Makam
Kuburan Tuan Guru Haji Arif Habau. Di lain pihak meriwayatkan (versi
Haji Mukri Telaga Itar) bahwa Penghulu Rasyid dilahirkan di desa Telaga
Itar pada tahun 1815 M.
Penghulu Rasyid sejak kecilnya taat beribadah serta patuh terhadap
ajaran agama Islam, selain itu sangat berbakti kepada kedua orang
tuanya. Sejak kecil belajar agama kepada orang tuanya. Setelah itu
melanjutkan pelajaran kepada beberapa orang tokoh ulama, di antaranya
Tuan Guru Haji Bahruddin dan Tuan Guru Haji Abdussamad. Selain itu,
beliau belajar ilmu bela diri kepada salah seorang yang belum diketahui
namanya.
Di lain pihak Pangeran Antasari telah menunjuk Penghulu Rasyid
sebagai kepala perang di sektor Tabalong yang dalam hal ini beliau
menetapkan Markas Pertahanan dan tempat latihan Prajurit dalam
bergerilya di Desa Habau. Beliau didampingi oleh tiga pembantu utamanya,
ialah:
1. Habib Rahban asal Demak
2. Datu Ahmad asal Habau
3. Untuk asal Telaga Itar Kelua
Keterangan :
Lokasi markas pertahanan Penghulu Rasyid ialah di Tunggung Sawu
(Sungai Penghulu) Mandaling Habau Kecamatan Banua Lawas, sedang daerah
penyanggulannya ialah di sekitar Telaga Itar, Muara Sungai Hanyar dan di
sungai Buluh serta di Tabur .
Pernyataan perang dari Pangeran Antasari terhadap serdadu Belanda
yang diploklamirkan di Tanjung pada tanggal 17 Agustus 1860 menyebabkan
di seluruh wilayah Tabalong semuanya dalam keadaan bahaya. Pertempuran
Pangeran Antasari yang dibantu oleh Penghulu Rasyid melawan Serdadu
Belanda di Tanjung selama kurang lebih tiga hari tiga malam yang
menyebabkan kira-kira 160 orang prajurit Antasari/prajurit Penghulu
Rasyid telah gugur sebagai syuhada. Sedangkan dipihak serdadu Belanda,
katanya kapal perangnya kembali ke Amuntai penuh dengan mayat serdadu
yang juga gugur.
Penyanggulan dengan perang sistem gerilya yang dipimpin oleh Penghulu
Rasyid telah dilakukan di mana-mana, pihak Belanda hampir tidak ada
kemampuan lagi untuk menghadapi serangan penyanggulan dari Prajurit
Penghulu Rasyid, yang dalam hal ini pihak Belanda terpaksa meminta
bantuan Serdadu ke Banjarmasin.
Puncak Pertempuran
Pihak Belanda selain menggunakan cara perang juga dilakukan politik
adu domba untuk memancing kelemahan-kelemahan yang menjadi kebiasaan
bagi Bangsa Indonesia. Penguasa Belanda di wilayah Tabalong dan Amuntain
membuat Maklumat atau Pengumuman yang isinya sebagai berikut:
BARANG SIAPA DAPAT MENANGKAP PENGHULU RASYID DALAM KEADAAN HIDUP ATAU
MATI AKAN DIBERIKAN HADIAH 1.000 GOLDEN SERTA DIBERI BINTANG JASA DAN
TIDAK DIKENAKAN PAJAK MEMAJAK SAMPAI TUJUH TURUN. KALAU DIA SUDAH
TERBUNUH AGAR KEPALANYA DIBAWA SEBAGAI BUKTI.
Penghulu Rasyid bersama prajuritnya yang tegar dengan daya juang yang
tinggi berjuang dan mengusir penjajah Belanda di Bumi Tabalong selama
kurang lebih 6 tahun (1859-1865) sebagai suatu perjuangan yang tidak
terpisahkan dengan wilayah perjuangan daerah-daerah lain di Kalimantan
dan bahkan di Indonesia.
Pada suatu pagi yang NAHAS, Penghulu Rasyid dengan kekuatan
Prajuritnya sedang disiagakan di sekitar Mesjid Pusaka Banua Lawas. Di
luar dugaan, tiba–tiba serangan Belanda secara total dari segala
jurusan. Akhirnya terjadilah pertempuran yang amat dahsyat dengan
kekuatan yang kurang seimbang, ditambah suatu nahas bagi Pimpinan
Griliawan yang gagah perkasa ini, Penghulu Rasyid, yang didampingi oleh
sepupu beliau sebagai pendamping yang setia menyingkir keluar dari
sektor pertempuran. Sementara seluruh prajuritnya sebagian ada terus
mengadakan perlawanan dan sebagian lainnya ada yang mundur. Penghulu
Rasyid beristirahat di bawah pohon berunai di sebelah Timur dari Jihad
Mesjid Pusaka Banua Lawas.
Tempat persembunyian Penghulu Rasyid bersama sepupu beliau bernama
Umpak telah tercium oleh Sepiun Belanda, yaitu kawan seperguruan
Penghulu Rasyid yang kebetulan menjadi Pembakal (Kepala Desa) bernama
BUSAN asal Sungai Rukam Kecamatan Kelua.
Pembakal BUSAN langsung saja menemui sasarannya dengan membayangkan
uang kontan 1.000 Golden serta Bintang Jasa dan tidak dikenakan Pajak
selama 7 turunan.
Seraya berkata :
“Akhirnya kita bertemu juga wahai sahabat, sebaiknya sahabat lebih
baik menyerah daripada meneruskan perjuangan yang tidak bakal menang
juga melawan Serdadu Belanda yang lebih kuat dan lebih hebat dari kita.”
“Saya tidak akan menyerah wahai sahabat, apapun yang akan terjadi
saya tetap menghadapinya dengan penuh konsekuensi. Ingat pesan guru
kita, kalau demikian pendirianmu lebih baik saya membunuh kamu seraya
menghunus goloknya dengan pandangan yang ganas dan galak.”
Kalau demikian maksud sahabat yang dalam situasi begini saya tidak
berdaya lagi karena luka saya sangat parah, untuk itu baiklah saya mohon
diri untuk shalat ashar. Pembakal BUSAN mengangguk tanda setuju.
Penghulu Rasyid melaksanakan Shalat Ashar dan sampai pada Sujud akhir
pada raka’at yang terakhir tidak bangkit-bangkit lagi, Pembakal BUSAN
timbul rasa curiga dan langsung mendekatinya serta menyentuhnya pada
bagian leher Penghulu Rasyid, ternyata beliau kembali kerahmatullah
dalam keadaan Sujud.
Pembakal BUSAN rasa terkejut dan timbul rasa keraguan untuk mengambil
langkah selanjutnya, beliau berjalan kira-kira 20 meter kemudian
terbayang dalam benaknya 1.000 Golden, Bintang jasa dan Bebas Pajak 7
Turunan, dengan tidak berpikir panjang langsung memotong leher Penghulu
Rasyid yang sudah dalam keadaan meninggal.
Kepalanya langsung dibawa untuk diperuntukkan kepada Opsir Belanda
yang menunggu di Pos Terdepan. Namun di tengah jalan terjadi perebutan
atas kepala itu dengan seorang sersan yang seolah-olah sersan itulah
yang berhasil membunuh Penghulu Rasyid, akhirnya dapat dilerai oleh
serdadu lain dan Pembakal BUSAN dapat membuktikan atas kebenaran
dirinya.
Khabarnya uang 1.000 Golden dimaksud yang diterima oleh BUSAN hanya
500 Golden, sedang selebihnya dibagi-bagikan oleh Serdadu Belanda yang
telah berusaha juga mendapatkannya. Jenazah Penghulu Rasyid dimakamkan
pada sore Jum’at (setelah Shalat Ashar) di samping Mesjid Banua Lawas
dalam tahun 1865 dalam usia 50 tahun.
Beliau berpulang kerahmatullah dengan meninggalkan bukti-bukti
sejarah perjuangan yang tidak kecil artinya dalam memberikan semangat
daya juang bagi anak cucu sebagai generasi perjuangan bangsa hingga
tercapai wujud Kemerdekaan yang diidamkan oleh seluruh Bangsa Indonesia.
Bukti Sejarah :
—————-
1 (satu) buah Makam di samping Mesjid Pusaka Banua Lawas yang bernama
“MAKAM PENGHULU RASYID”, Makam tersebut pada bagian bawahnya dari beton
dan tehel serta pada bagian atasnya dari kayu ulin dan kubah. Kubah
tersebut dibuat oleh Bidang Muskala Kanwil Depdikbud Propkalsel tahun
1998.
Makam tersebut berukuran :
Panjang : 200 cm
Lebar : 165 cm
Tinggi : 103 cm
Keadaan fisiknya sudah sangat memprihatinkan dengan perawatan yang
kurang cukup memadai dan perlu mendapatkan perhatian oleh semua pihak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar